![]() |
beranihijrah.com |
Belajar
bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapanya, kemampuan,
daya reaksinya dan daya penerimaanya. Belajar
merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa,
dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa cipta/ karya dan karsa. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan
utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori
belajar humanistik adalah teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana
memanusiakan manusia, atau mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Tokoh
Teori Humanistik
1. Carl Rogers
Rogers berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme
bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Roger membedakan
dua ciri belajar, yaitu belajar yang bermakna dan belajar yang tidak bermakna. Belajar
yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran
dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek
perasaan peserta didik. Menurut Roger, peranan guru dalam pandangan teori humanisme
adalah sebagai fasilitator, yakni:
•
Membantu
menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif
terhadap belajar,
• Membantu
peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk belajar,
•
Membantu peserta
didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan
pendorong belajar,
•
Menyediakan
berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan
• Menerima
pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana
adanya.
2. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami
perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik
tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Prinsip-prinsip
Teori Belajar Humanistik
1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa
ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru,
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan peserta didik,
3. Belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar,
4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar
secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri
sendiri,
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama,
6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.
Teori
humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik
untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator
berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya
sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
peserta didik.
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Nilai-nilai
penting yang ditumbuhkembangkan dalam pendidikan humanisme sebagai berikut
1. Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).
2. Menghargai hak orang lain (menerima dan menghormati perbedaan
individu yang ada, mau mendengarkan orang lain, menolong orang lain, dan bisa
berempati terhadap problem orang lain).
3. Menjaga lingkungan (menghemat penggunaan listrik, gas, kayu, logam,
kertas, dll. Menjaga barang milik sendiri ataupun milik orang lain).
4. Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap orang
lain, dan berlaku pantas didepan publik).
5. Perkembangan pribadi (menjalankan tanggung jawab, menghargai kesehatan dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang dimiliki secara optimal, mengembangkan rasa hormat dan rasa bangga terhadap diri sendiri, mengontrol perilaku, memiliki sikap berani, terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan