![]() |
Ilustrasi pendidik: ekoprasetyo.id |
Kreativitas
anak tidak serta-merta muncul begitu saja. Kreativitas anak muncul ada fasenya
masing-masing. Menurut Benjamain Bloom, kreativitas bisa dilalui melalui
berbagai macam proses, mulai dari persepsi, kesiapan, reaksi yang diarahkan,
mekanis reaksi kompleks dan kemudian muncul kreativitas.
Pada
proses persepsi, kemampuan menggunakan panca indra baru diajari kepada anak.
Pada fase ini anak masuh menggunakan panca indra untuk menangkap benda sesuatu
di sekitarnya. Kedua, kesiapan yang berarti kesiapan diri menghadapi apapun.
Misalnya, hari ini saya siap kalau pulang nanti hujan, atau saya tahu tindakan
yang harus saya lakukan. Pada fase ini, seorang anak sudah siap apabila
melakukan sesuatu hal atau siap terhadap kondisi sekitarnya.
Pada
fase ketiga adalah reaksi yang diarahkan. Pada fase ini apapun yang dilakukan
adalah jiplakan yang baik, itu merupakan reaksi yang diarahkan. Fase ini untuk
menumbuhkan kreativitas, anak masih diberikan latihan-latihan. Anak melakukan
sesuatu hal diarahkan oleh orang tua atau guru. Fase keempat adalah mekanis.
Pada fase ini anak dibiasakan untuk mempelajari sesuatu sampai terbiasa
melakukan. Misalnya dalam hal menulis, anak setelah diajari bagaimana menulis,
maka dalam fase ini anak harus dibiasakan menulis.
Fase
kelima adalah fase reaksi kompleks. Pada fase ini, anak bisa melakukan sesuatu
hal yang kompleks. Misalnya, dia bisa bicara sekaligus menulis. Baru fase
keenam adalah fase kreativitas. Fase ini anak bisa menciptakan sesuatu yang
baru sama sekali. Fase ini merupakan proses setelah anak dikenalkan, kemudian
diajari, dan dibiasakan sehingga bisa mengerjakan satu hal dengan kerjaan yang
lain.
Dalam konteks beberapa fase tersebut, perlu kiranya ada seorang pendidik yang mengarahkan agar anak menjadi seorang yang kreatif. Anak menjadi kreatif apabila dikenalkan, diajarkan hingga dibantu untuk menemukan suatu hal yang baru. Pada pembahasan kali ini, seorang pendidik bagaimana membantu peserta didiknya untuk mengembangkan dan menumbuhkan kreativitas anak.
Karakteristik
Pendidik Berbakat
Karakteristik merupakan sifat, watak, ciri khas dari
seseorang, benda, hewan atau yang lainnya, untuk membedakan antara satu dan
yang lainnya sehingga mudah dikenal dengan adanya karakteristik tersebut. Dalam dunia Pendidikan,
termasuk pendidik memiliki karakteristik tersebdiri. Pendidik yang memiliki
karakteristik tertentu memiliki peran penting dalam menunjang bakar peserta
didiknya.
Karakteristik seorang pendidik sebenarnya banyak referensinya. Salah satu karakteristik pendidik yang memiliki perspektif Islam, di antaranya:
- Bersifat sabar dalam mengajar
- Mampu menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
- Bersifat ikhlas, melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah
- Tidak riya, harus menjadi pemaaf, mencintai peserta didik dan mengetahui karakteristik dari para peserta didiknya.
Karakteristik tersebut juga dapat berkembang sesuai dengan tujuan Pendidikan dan karakter yang dikehendaki oleh setiap sekolah dan capaiannya. Karakteristik pendidik ada banyak, tapi secara umum, karakteristik pendidik harus memiliki ciri-cirinya sebagai berikut:[1]
- Jujur
- Sabar
- Arif dan bijaksana
- Berkepribadian mantap
- Berwibawa
- Berkepribadian stabil
- Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri,
Persiapan
Pendidik Yang
Berbakat
Upaya
yang dilakukan oleh sekolah terutama oleh seorang pendidik untuk meningkatkan
kreativitas anak ada banyak hal. Pendidik bekerja sama dengan sekolah
sebenarnya banyak yang dilakukan untuk meningkatkan bakat dan kreativitas anak,
sebelum pendidik menerapkan pembelajaran untuk menggali bakat dan kreativitas
anak, ada beberapa persiapannya di antaranya,[2]
1.
Perbaikan Kompetensi Guru
a.
Komppetensi dalam mengelola
pembelejaraan, yang meliputi :
-
Menyusun rencana pembelajaran.
-
Melaksanakan interaksi
belajar mengajar.
-
Menilai prestasi belajar
peserta didik.
-
Melaksanakan tindak lanjut
hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.
-
Melaksanakan bimbingan
belajar peserta didik
b.
Kompetensi dalam penguasaan
akademik, meliputi :
-
Memahami wawasan Pendidikan
-
Menguasai bahan kajian
akademik
c.
Kompetensi dalam
mengembangkan potensi menyangkut :
1)
Pengembabngan diri, meliputi
:
a)
Keterampilan dalam mengolah
emosi
b) Keterampilan dan kreatif
menciptakan sarana atau alat pembelajaran bagi peserta didik.
c)
Memiliki motovasi yang
tinggi dalam pengembangan kreativitas peserta didik
d)
Memiliki kepercayaan pada
diri sendiri
e)
Memiliki rasa humor yang
cukup memiliki kesabaran yang tinggi
f)
Memiliki minat yang luas
dalam pengembangan kreativitas anak
g)
Mampu bersikap luwes
sehingga mudah diterima semua kalangan
2)
Pengembangan profesi,
meliputi
a)
Memiliki kemampuan untuk
menguasai materi yang akan diberikan kepada anak.
b) Memiliki kemampuan untuk
mengelola program pembelajaran (termasuk memilih dan menentukan tema-tema
materi yang akan diberikan kepada anak, baik harian, mingguan maupun bulanan)
c) Memiliki kemampuan untuk
mengelola kelas, bahkan pengelolaan sentra-sentra sehingga anak memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihannya sesuai dengan minat yang dimiliki anak,
yang akhirnya dapat tercipta suasana kelas yang kondusif dan meneyenangkan
d) Memiliki kemampuan untuk
menggunakan media/sumber belajar, sehingga anak-anak memiliki kepuasan serta
pengalaman yang dalam mengenai sesuatu.
2.
Pengadaan Sumber Belajar
yang Memadai
Fasilitas dan sumber belajar
yang memadai akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berekspresi dan daya
ekplorasi anak. Fasilitas tidak terbatas hanya di dalam ruangan, tetapi
melingkupi hingga ke luar ruangan. Di dalam ruangan bisa saja berupa sumber-sumber
belajar, yang berkaitan dengan tema materi yang diberikan. Misalnya, dalam
mengenalkan nama-nama buah, guru yang kreatif, dapat menyediakan alat-alat
permainan edukatif berupa model dari berbagai jenis buah. Kalaupun tidak berupa
model, dapat juga memanfaatkan gambar-gambar tentang buah.
Yang
Dapat Menjadi Pendidik Berbakat
Clark
(1983) menegaskan bahwa konsep diri guru yang tinggi berkolerasi sangat
signifikan dengan keberhasilan kelas. Ditegaskan juga oleh William Brookever
(Clark, 1983) bahwa sikap guru terhadap diri dan orang lain adalah jauh lebih
penting bagi keberhasilan kelas daripada teknik, praktek, dan materi yang ia
ajarkan. Hal ini mengidikasikan bahwa konsep diri guru merupakan variable yang
sangat penting jika menginginkan keberhasilan dari satu kegiatan pembelajaran
yang mereka laksanakan.
Sebaiknya
menjadi pendidik yang berbakat, seorang pendidik harus memiliki prinsip
keguruan yaitu :[3]
1. Kegairahan dan kesediaan
untuk mengajar seperti memerhatikan : kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan
perbedaan peserta didik.
2.
Membangkitkan gairah peserta
didik.
3.
Menumbuhkan bakat dan sikap
peserta didik yang baik.
4.
Mengatur proses belajar
mengajar yang baik.
5.
Memerhatikan
perubahan-perubahan kecenderungan yang mempengaruhi proses mengajar.
6.
Adanya hubungan manusiawi
dalam proses belajar mengajar.
Yang
dapat menjadi pendidik berbakaat juga harus menjalankan fungsi sebagai seorang
pendidik. Karena pendidik bukan hanya sebatas memindahkan atau mentransfer
ilmunya kepada orang lain atau kepada anak didiknya, tetapi pendidik juga
bertanggungjawab atas pengelolaan, pengarah fasilitator dan perencanaan. Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam Pendidikan dapat disimpulkan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Sebagai intruksional
(pengajar), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan
program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian
setelaah program dilakukan.
2. Sebagai educator (pendidik)
yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil
seiring dengan tujuan Allah Swt. Menciptakannya.
3. Sebagai managerial
(pemimpin) yang memimpin mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan
masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas
program Pendidikan yang dilakukan.
[1]
Rijal Sabri, Karakteristik
Pendidik Ideal dalam Tinjauan Al-Qur’an, (Jurnal Sabilarrasyad, volume II
Nomor 01 Januari-Juni 2017), hlm, 28-32
[2]Holis, Ade, Peran Keluarga/Orang
Tua dan Sekolah Dalam mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Garut,
Jurnal Pendidikan Universitas Garut, IISN : 1907-932X), Hlm.
[3] Yoshita Nila Dewi, Peran Orang Tua Anak Berbakat dalam Mengembangkan Pendidikan Anak Berbakat (Surabaya, 2005, Fakultas Psikologi Airlangga Surabaya)m hlm. 12.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan