, , , , , , ,

Teori Belajar Behavioristik

ilustrasi oleh mpd team / produktivitasdiri.co.id


Pandangan Behavioristik

  1. Tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
  2. Bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
  3. Obyek dalam aliran ini ialah tingkah laku dan studinya terbatas mengenai pengamatan serta penulisan tingkah laku.
  4. Aliran behaviorisme berorientasi pada ilmu alam, dan ia selalu mencari elemen-elemen tingkah laku yang paling sederhana, yaitu refleks.
  5. Aliran behaviorisme menyatakan, bahwa semua tingkah laku manusia itu bisa ditelusuri asalnya dari bentuk refleks-refleks.
  6. Refleks adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang tertentu.
  7. Maka diri manusia disebut sebagai kompleks refleks, atau sebagai mesin reaksi belaka. Faktor pembawaan tidak mempunyai peranan sama sekali; “pendidikan” yang membentuk diri manusia.

 

Tokoh Behavioristik

1.    Thorndike (1874-1949)

Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering disebut “trial and error learning” individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial and error dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu.

 

Ciri-ciri belajar dengan trial and error, yaitu:

      ada motif pendorong aktivitas

      ada berbagai respon terhadap reksi

      ada eliminasi respon-respon yang gagal

      ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan

 

2.      Ivan Pavlov (1849-1936)

Teori “classical conditioning” dan “stimulus subtituation”. Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstrinsik, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa dibarengi stimulus tak bersyarat.

 

3.      E.R. Guhtrie (1886-1959)

Teori “the law of association” yang berbunyi: suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali.

Dalam “the law of association” e.r Guhtrie. Skinner Operant Conditioning. Skinner menganggap “reward” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni:

      Respondent: respon yang terjadi karena stimulus khusus

      Operant: respon yang etrjadi karena stiuasi random

Operant conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reward secara langsung. Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya terhadap arah tujuan behavior.

 

Jenis-jenis stimulus

      Positive reinforcement: penyajian stimulus yang meningkatkan suatu respon.

  Negative reinforcement: pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan respon.

 Hukuman: pemberian stimulus yang tidak menyenangkan. Bentuk hukuman lain berupa penangguhan stimulus yang menyenangkan.

     Primary reinforcement: stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis.

 Modifikasi tingkah laku guru: perlakuan guru terhadap murid-murid berdasarkan minat kesenangan mereka.

 

Implementasi teori Behavioristik dalam proses belajar

1.      Koneksionisme

     Sebab dalam belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Artinya, dalam belajar hal utama yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar, dimana asa puas yang ditimbulakan akan mendorong situasi belajar.

2.      Classical Conditioning

    Teori classical conditioning juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran , sebab belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali. Atau dengan perkataan lain, ulangan –ulangan dalam hal belajar adalah penting. contoh siswa-siswa yang membaca do’a diawal pelajaran sebelum seorang guru masuk kelas. (tanda guru akan segera masuk kelas).

3.      The Law of Association

    Dalam penerapanya teori ini juga cocok untuk belajar, sebab dalam teori ini “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif suatu perilaku akan terhambat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan