, , , ,

Long-Term Memory (LTM)

Proses informasi tersimpan di LTM


Melalui tabel tersebut, dapat dijelaskan proses informasi disimpan dalam LTM, yakni, model memori melalui tiga tahapan. Dalam model ini, memori memiliki tiga komponen utama, yakni 1) Memori Sensorik, yang secara singkat menyimpan informasi sensorik yang masuk melalui perantaraan indera; 2) Memori Kerja (jangka pendek), ang memproses informasi tertentu yang diterima dari memori sensorik dan informasi yang diambil dari memori jangka panjang; dan 3) Memori Jangka Panjang, yang menyimpan informasi untuk periode waktu yang lebih lama (Passer & Smith, 2009, hlm. 253).

Jika dibandingkan dengan referensi lain, sebagaimana Rosleny Marliany, dalam bukunya (Marliani, 2014, hlm. 214–215), menyatakan bahwa apabila diklarifikasikan berdasarkan durasi, alam dan pengambilan sesuatu yang diinginkan, ada dua kategori ingatan, yaitu ingatan eksplisit (meliputi pengindraan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi) dan ingatan implisit (meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, dan pengondisian rangsang-resons). Jika digambarkan sesuai bagan, akan terlihat sebagaimana berikut:

Perbedaan antara LTM dan STM (melalui jurnal)

a) Jurnal yang ditulis oleh Ririn Musdalifah, dengan judul artikel Pemrosesan dan Penyimpanan Informasi Pada Otak Anak dalam Belajar: Short Term and Long Term Memory (Musdalifah, 2019). Dengan pendekatan Neurosains, yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf belakang. Melalui instrumen Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak (Brain System) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia. Keenam sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, groys cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum. Dengan memahami antara pengertian, fungsi, serta proses dari masing-masing Long-Short Term Memory, kemudian dijelaskan pula dalam artikelnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yakni faktor internal (fisiologi dan psikologis) dan eksternal (lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial) dapat ditarik benang merahnya, bahwa amat sagat penting untuk mempelajari pendekatan dan atau metode pengungkapan belajar dengan menggunakan pendekatan neurosains, yakni neuroanatomi (strukturn otak) dan neurofisiologi (fungsi otak) dalam mematangkan otak anak melalui daya Long-Short Term Memory.

b) Jurnal yang ditulis oleh Kelly P. Cosgrove, Carolyn M. Mazure, and Julie K. Staley, dengan judul artikel Evolving Knowledge os Sex Differences in Brain Structure, Function, and Chemistry. Penggunaan metodologi penelitian pada artikel tersebut menggunakan penelitian literatur. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan pencarian MEDLINE dilakukan pada literatur berbahasa Inggris (1980-November 2006) dengan menggunakan istilah sex, gender, PET, SPECT, MRI, fMRI, morfometri, neurokimia, dan transmisi saraf. Sintesis data menggunakan teknik pencitraan terhadap otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat banyak kesamaan dalam struktur, fungsi, dan transmisi saraf otak pada pria dan wanita sehat, terdapat perbedaan penting yang membedakan otak pria dan wanita. Secara keseluruhan, volume otak pada pria lebih besar daripada wanita; namun, saat mengontrol volume total, wanita memiliki persentase materi abu-abu yang lebih tinggi dan pria memiliki persentase materi putih yang lebih tinggi. Perbedaan volume regional kurang konsisten. Aliran darah otak global lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Perbedaan spesifik jenis kelamin pada penanda ergik dopaminergik, serotonergik, dan asam gamma-aminobutirat (GABA) menunjukkan bahwa otak pria dan wanita secara neurokimia berbeda

 

Beberapa upaya untuk memperkuat hafalan, atau informasi dalam LTM

a) Tekun atau rajin belajar, aktif mengurangi makan, shalat malam dan membaca al’quran dengan melihat

b) Sehabis belajar, membaca doa penutup belajar

c) Sehabis shalat wajib membaca doa khusus agar diberi kemudahan dalam menggapai ilmu

d) Banyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. (Jalaludin, 2020, hlm. 232–233)

Secara psikologis, lebih lanjut (Jalaludin, 2020, hlm. 228–229), dalam menguatkan dan atau mengingat kembali hal-hal yang pernah diketahui sebelumnya, yakni:

a) Rekoleksi, yakni menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-ghal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang dahulu itu

b) Pembaruan ingatan hampir sama dengan rekoleksi, tetapi mengingatnya kembali hanya terjadi kalau ada yang rangsang ingatan,

c) Memanggil kembali ingatan (recall), yaitu mengingat kembali sesuatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lalin di masa lalu

d) Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai kembali sebagian hal tersebut, dan

e) Mempelajari kembali, terjadi kalau siswa mempelajari sesuatu yang pernah dipelajari, dengan mengingat untuk kedua dan atau kesekian kalinya.

 

Sumber Referensi

Jalaludin, J. (2020). Psikologi Islam: Dalam Konsepsi dan Aplikasi. Pustaka Pelajar.

Marliani, R. (2014). Psikologi Umum (Kedua). Pustaka Setia.

Musdalifah, R. (2019). Pemrosesan dan Penyimpanan Informasi pada Otak Anak dalam Belajar: Short Term and Long Term Memory. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Islam, 17(2), 217–235.

Passer, M. W., & Smith, R. E. (2009). Psychology: The science of mind and behavior (4th ed). McGraw-Hill Higher Education.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan