“Maka hadapkanlah wajahmu kepada Agama dengan
selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli). Itulas fitrah Allah, yang
Allah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tak ada perubahan atas fitrah
ciptaan-Nya, itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya”.
(QS. Ar-Rum:30).
Artinya, Agama Islam merupakan satu-satunya agama
yang mencangkup keseluruhan bagi kehidupan manusia dan alam semesta, dan dapat
diterima dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Merupakan cahaya penerang
kehidupan, sampai ketika ilmuwan pun mengatakan bahwa “ilmu tanpa agama maka
buta, agama tanpa ilmu maka lemah”.
Bilamana tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada
pembentukan manusia seutuhnya, maka berarti proses kependidikan yang harus
dikelola oleh para pendidik, harus berjalan di atas pola dasar fitrah yang
telah dibentuk Allah dalam setiap pribadi manusia. Salah satu aspek potensial
dari apa yang disebut “fitrah” adalah kemampuan berpikir manusia di mana rasio
atau intelegensia (kecerdasan) menjdi pusat perkembangannya.
Tidak seperti makhluk lainnya, manusia telah diberi
oleh Tuhan kebebasan berpikir, berbuat, dan memili, yang merupakan corak
pendidikan empirisme sebagaimana tersirat dalam sabda Nabi “setiap anak
dilahirkan di atas fitrahnya, maka orang tua keduanya yang menjadikan dirinya
beragama Yahudi, atau Nasrani atau Majusi (penyembah api)”. (HR. Bukhari).
Dalam hubungannya dengan konsepsi kependidikan Islam
yang nativis, faktor pembawaan diakui pula sebagai unsur pembentuk corak
keagagamaan dalam diri manusia. Hal ini digambarkan dalam kita suci Al-Quran
tentang peristiwa Nabi Ibrahim yang orang tuanya menyembah berhala, sebaliknya
anak Nabi Nuh yang tidak mau mengikuti ajakan untuk beragama Islam. Oleh karena
pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada pengajaran di mana orientasinya
hanya kepada intelektualisasi penalaran, tetapi lebih menekankan pada
pendidikan di mana sasarannya adalah pembentukan kepribadian yang utuh dan
bulat, maka Islam pada hakikatnya adalah berpaham perfektionisme yaitu
menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah
“wahai orang mukmin, masuklah kedalam Islam secara total, menyeluruh dan berkebulatan”.
(QS.Al-Baqarah: 208).
Maka jelaslah bahwa manusia dalam proses kependidikan
menurut Islam, tidak lain adalah manusia yang memerlukan tuntunan dan bimbingan
yang tepat melalui proses kependidikan sehingga terbentuklah dalam pribadinya
suatu kemampuan mengaktualisasikan dirinya selaku sosok individual, dan
sekaligus kemampuan memfungsikan darinya selaku anggota masyarakat serta
mendarma-baktikan dirinya hanya kepada Khaliknya semata. Sebagaimana tertera
dalam firman-Nya “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
acuan yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke (derajat) yang
serendah-rendahnya”, kecuali orang yang beriman dan yang mengerjakan amal
saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” (QS. At-Tin: 4-6).[1]
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan