, , , ,

Altruisits Gerakan Keagamaan

(Studi Kasus Masjid Arofah, Modalan, Banguntapan, Bantul, DIY)

       Latar Belakang Masalah

Seseorang dengan spiritualitas yang tinggi, memahami bahwa seluruh manusia dimuka bumi ini bersaudara dan merasa empati dengan penderitaan orang lain. Dia memiliki perasaan kuat mengenai keadilan sosial dan komitmen terhadap cinta dan perilaku altrusitik. Beorientasi perubahan sebagai basis perbaikan dalam ranah yang lebih luas daripada aspek keluarga saja.

Refleksi akan hal ini mengarah pada pengimplementasian di ruang publik, berbagai lini kehidupan menjadi ladang pengamalan bagi altruis itu sendiri. Melalui lembaga formal seperti pendidikan, organisasi, maupun aspek pemerintahan, sedangkan lembaga nonformal bisa melalui perkumpulan-perumpulan, aktivitas tanggap isu, melalui kajian di masjid, loka wisata, dan sejenisnya. Kesemuanya ter-cover dalam bingkai menuju sebuah peradaban baru atas refleksi keadaan yang sedang dan akan terjadi.

Lembaga masjid merupakan aspek penting sekaligus unik dalam membangun sebuah peradaban, sebagaimana terjadi pada peradaban Islam fase awal. Dimulai dengan pertemuan-pertemuan rutin (ibadah mahdloh dan ghairu mahdloh), proses interaksi pun terjadi dan dengan saling pengaruh-mempengaruhi, mampu untuk menumbuhkembangkan nilai sosial-keagamaan, seperti aspek-aspek kebersamaan, simpati, sampai dengan tataran kebudayaan, strategi dakwah, dan perluasan wilayah kekuasaan. Alhasil, efek yang ditimbulkan berupa spirit kebersamaan mendahulukan kepentingan bersama dan/atau orang lain, basis bahu-membahu pun muncul serta terorganisir secara rapi.

Menelisik berbagai masjid yang tersebar di sekitaran Yoyakarta, adalah Masjid Arofah di komplek Banguntapan, Bantul, mempunyai corak khas tersendiri. Ciri khas ini ditandai dengan terselenggarannya beberapa kegiatan rutinan masjid yang sebagian besar dikelola oleh perempuan, mulai dari taman pendidikan Quran (TPQ), seni hadroh, sampai dengan kajian ahad pagi, dimana sistem pengelolaan mulai tersusun secara rapi. Menariknya, kultur lingkungan masyarakat disekitar masjid belum terlalu aktif untuk berkontribusi dengan program-program yang ada. Indikasinya, TPQ didominasi oleh anak-anak komplek sebelah dan kajian ahad pagi pun demikian, hal ini terlihat dari buku absen kehadiran.

Masjid Arofah, lebih tepatnya di daerah Kanoman, Tegal Pasar, Gg. Anggrek II, Banguntapan, Yogyakarta, sejak berdirinya sampai sekarang telah berumur sepuluh tahunan lebih. Masjid berukuran kecil namun cukup banyak kegiatan didalamnya, dari kegiatan rutin anak-anak berupa TPQ yang diadakan setiap hari senin sampai jumat, buka puasa setiap malam jumat, kajian rutin minggu pagi, dan aktivitas gerakan ibu-ibu (grup kajian). Anehnya, setelah ditunjang oleh sekian banyak kegiatan yang ada, keadaan shalat jamaah lima waktu hanya dihadiri oleh segelintir orang, dan itu saja orangnya, terlebih anak-anak TPQ adalah anak seberang kompleks, ibu-ibu kajian ahad pagi juga kebanyakan dari kompleks sebelah dan jauh, yang menggerakan masjid sebagian besar dilakukan oleh ibu-ibu, begitu pun jamaah shalatnya. Antusias masyarakat yang tinggal disekitar masjid kurang menonjol, hanya sebagian saja yang berkontribusi meramaikan kegiatan, sedangkan partisipan masyarakat yang notabene jauh dari masjid justru lebih aktif, tak jarang ada yang bersepeda dan naik motor menuju masjid tersebut, membawa bekal makan banyak saat berpuka puasa, dan juga ustadz ataupun usadzah yang mengisi kajian juga dari jauh rumahnya.

Dibalik itu, tujuan jangka panjang berbagai kegiatan yang ada, menginginkan terwujudnya lingkungan masyarakat disekitar masjid yang peka sekaligus aktif turut andil dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu, gagasan besar dari gambaran yang ada, akan di lihat bagaimana sisi spiritual gerakan keagamaan perempuan berupa mengutamakan kepentingan orang lain (altruistis) berperan dalam kasus tersebut. Hasil yang akan diperoleh berguna bagi pengembangan masjid diberbagai daerah yang mempunyai kasus sama atau mirip dengan kasus penelitian kali ini, membangun kajian teoritis dalam kajian spiritualitas perempuan di zaman sekarang, serta menemukan konsep baru masyarakat ideal yang sesuai dengan nilai-nilai kenabian (profetik).


       Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang terlah digambarkan tersebut, akan dicari jawaban mengapa keadaan demikian terjadi adanya, dengan menggukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Sejauh manakah tingkat spiritualitas altruis gerakan keagamaan perempuan berbasis masjid dalam meningkatkan kesadaran beragama masyarakat setempat?

Identifikasi:

a.       Variabel independen  : spiritualitas altruis (X).

X1 = Transenden

X2 = Altruisme

X3 = Kepuasan Spiritual

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian nomial, dalam rangka mengelompokkan jenis-jenis spiritual yang menjadi fokus kajian pada penelitian kali ini, yakni transenden, altruisme, dan kepuasan spiritual.

b.      Variabel dependen     : kesadaran beragama (Y).

Y1 = Shalat Berjamaah

Y2 = Keikutsertaan Berbagai Kegiatan Keagamaan

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio, dimana ceklis kehadiran masyarakat setempat dipantau melalui buku kehadiran yang telah disediakan, berupa buku kehadiran shalat berjamaah dan buku kehadiran berbagai kegiatan yang tersedia.

c.       Variabel moderating             : basis masjid (M)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio dan nominal, yakni menentukan jumlah masjid yang ada disekitar lokasi penelitian, kemudian Masjid Arofah sebagai pusat penelitian untuk kemudian dibandingkan dengan masjid yang tersebar di sekitar lokasi penelitian (Masjid ar-Rahman dan Masjid ar-Rahim)

d.      Variabel kontrol         : aspek penunjang spiritual, lingkungan tempat tinggal dan aktivitas bekerja perempuan yang terlibat dalam gerakan keagamaan (K)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio dan nominal, yakni menghitung sejumlah faktor terkait penunjang aspek spiritual, lingkungan tempat tinggal dan aktivitas kerja, untuk kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori yang relevan dengan fokus dan/atau inti pembahasan penelitian.

e.       Variabel intervening          : aliran atau organisasi keagamaan (I)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio, nominal, dan sekaligus ordinal dengan cara menentukan jumlah organisasi atau kepercayaan keagamaan yang terdapat disekitar lokasi penelitian, kemudian mengelompokkan berbagai jenis masyarakat sekitar yang termasuk kedalam kategori organisasi atau kepercayaan tadi, dan memprediksi tingkat keaktifan mayarakat dalam keanggotaan organisasi dan atau kepercayaan keagamaan tersebut. 

2.      Seberapa efektifkah berbagai kegiatan di Masjid Arofah yang dikelola oleh gerakan keagamaan perempuan terhadap tingkat kesadaran beragama masyarakat setempat?

Identifikasi:

a.       Variabel independen  : efektifitas kegiatan (X)

X1 = TPQ

X2 = Seni Hadroh

X3 = Buka Puasa

X4 = Kajian Ahad Pagi

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio, nominal dan ordinal, dengan terlebih dahulu  mendata dan mengelompokkan sekaligus mendefisinikan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Masjid Arofah (lokasi penelitian), untuk kemudian menjelaskan tingkatan ataupun tahapan masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang ada.

b.      Variabel dependen     : kesadaran beragama (Y)

Y1 = Shalat Berjamaah

Y2 = Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio, dimana ceklis kehadiran masyarakat setempat dipantau melalui buku kehadiran yang telah disediakan, berupa buku kehadiran shalat berjamaah dan buku kehadiran berbagai kegiatan yang tersedia.

c.       Variabel moderating  : gerakan keagamaan perempuan (M)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio, nominal dan interval, yakni mendeteksi sejumlah perempuan yang terlibat dalam gerakan keagamaan (tim pengurus grup) dengan memperhatikan posisi atau peran masing-masing perempuan dalam grup tersebut, kemudian dipertajam melalui intensitas kehadiran dalam grup, dari kegiatan rutin rapat sampai tataran pelaksanaan kegiatan melalui ceklis kehadiran.

d.      Variabel kontrol         : rutinitas kegiatan / jadwal kegiatan (K)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio dan interval, yakni memperjelas dan atau menghitung jumlah hari dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan rutin yang ada, kemudian dipaparkan prosentase aktivitas kegiatan selama rentang waktu sepekan, sebulan, dan setahuan.

e.       Variabel intervening  : profesionalitas tim pelaksana kegiatan (I)

Cara pengumpulan datanya dengan menggunakan data jenis penelitian rasio dan nominal, yakni mengidentifikasikan jenis profesionalitas apa sajakah yang harus di miliki oleh tim pelaksana kegiatan untuk kemudian dikelompokkan sesuai dengan kapasitas dan posisi dari masing-masing orang yang terlibat dalam tim pelaksana kegiatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan