Muhammad Wahid |
Pendidikan selama ini berangkat dari asumsi yang keliru, yaitu bahwa semua masalah di dunia ini telah diketahui dan pendidik mengetahui cara pemecahannya. Jadi, tugas pendidik dipersepsikan hanya menyampaikan masalah serta cara pemecahannya, dan setelah itu pendidikan dianggap selesai. Padahal, masalah itu terus berubah dan mungkin pendidik belum mengetahui, apalagi tahu cara pemecahannya.
Praktik pendidikan karakter pada
satuan pendidikan formal dan nonformal bukan hanya menjadi tanggung
jawab materi pelajaran Pendidikan Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Oleh
karena itu, proses pembelajaran nilai-nilai karakter secara substantif
diintegrasikan dalam setiap materi pembelajaran atau antar materi pembelajaran.
Selama ini terkesan materi pembelajaran lainnya hanya
mengajarkan pengetahuan dari disiplin ilmu, teknologi, atau seni yang
menaunginya. Oleh sebab itu, materi pembelajaran lain harus diperkuat dengan
misi pendidikan karakter yang bersifat melekat dalam substansi dan proses
keilmuan sebagai dimensi aksiologinya. Oleh karena itu, proses pembelajaran
nilai-nilai karakter secara substantif diintegrasikan dalam setiap materi
pembelajaran atau antarmateri pembelajaran.
Sinergi antara pendidikan karakter dengan materi pembelajaran harus dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan secara saling melengkapi. Dalam pengembangan pendidikan karakter, materi pembelajaran dipahami sebagai integrasi pesan dan alat, yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan individu. Misalnya, Pendidik Fisika harus sadar bahwa pembahasan materi fisika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami fenomena alam dari sudut pandang teori fisika, menggali berbagai sumber informasi dan menganalisisnya untuk menyempurnakan pemahaman tersebut, mengomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain, dan memahami bahwa fenomena seperti itu tidak lepas dari ‖peran‖ Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Pengembangan pendidikan karakter seperti itu, dapat dilakukan melalui aneka model dan metode pembelajaran yang dipilih pendidik secara kontekstual. Misalnya, untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi, pendidik dapat memilih metode diskusi atau peserta didik diminta presentasi. Pengembangan kecakapan bekerja sama, disiplin, dan kerja kelompok dapat dilakukan pada kegiatan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium, di lapangan atau di tempat praktik kerja. Yang penting adalah aspek-aspek tersebut sengaja dirancang dan dinilai hasilnya sebagai bentuk hasil belajar pendidikan karakter.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan