Status
pengajar, dari dulu sampai kapanpun, akan terus dipertentangkan mengenai makna sekaligus
fungsi dan peranannya. Perhelatan sudut pandang antara agama, sosial,
pendidikan, kebudayaan lokal, dan menariknya, dunia ekonomi pun turut andil,
kok bisa?
Begitulah,
banyak pemaknaan mengenai term satu ini. Pada kesempatan kali ini, saya ingin
berbagi makna dengan pembaca untuk mengkonfirmasikan fungsi dan peran pengajar
secara umum, yakni:
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan diri dan berprestasi. Pandangan tentang peserta didik itu mencakup seluruh tingkatan manusia, mulai dari bayi (lahir) sampai dengan tua (menjelang sakaratul maut). Artinya, pembelajaran terus berlangsung sepanjang hayat bagi siapa saja, dan peran pengajar pun demikian, sepanjang hayat. Memberi bimbingan untuk mengembangkan diri peserta didik tidaklah mengenal waktu, sudah kita saksikan praktik dan beragam kejutan yang terjadi di kehidupan, seseorang dengan latar belakang keluarga kurang mapan-untuk makan saja susah, namun bisa menyelesaikan studi akademik setingkat doktoral, bahkan tidak jarang sampai menyabet gelar “guru besar.” Sampai disini, fondasi dasar yang harus digaris bawahi bagi seorang pengajar adalah mengetahui, memahami, dan mengembangkan potensi-bakat setiap peserta didiknya.
- Mendorong peserta didik untuk merekonstruksi pengetahuan (pengajar tidak selalu benar). Sebagai manusia, ya tetap saja manusia, dengan salah satu sifat bawaan berupa pelupa, maka sudah seyogyanya untuk terus memperbaiki diri, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Karena, ilmu pengetahuan itu relatif, untuk sekarang bisa dibenarkan, namun belum tentu dikemudian hari masih dipakai (sudah usang). Jadi, menyegarkan pengetahuan dengan terus mengembangkan dan memperdalam kajiannya bagi peserta didik sekaligus pengajar, adalah keniscayaan.
- Memotivasi peserta didik dengan cara memahami potensi mereka, menyampaikan makna dari proses pembelajaran yang telah atau sedang berlangsung (ibrah), dan lebih mengarah pada kedisiplinan (memberi reward and reincforcemen) daripada punishment. Nah, poin terakhir ini penting sekali, pendekatan kasih sayang terhadap peserta didik haruslah diutamakan, terlebih dengan memahami potensi mereka yang notabene berbeda satu sama lain. Pengajar yang mempunyai pemahaman demikian, akan membuahkan tindakan pada pemaknaan berarti bagi peserta didik, dibanding memberikan pengalaman buruk berupa hukuma. Jadi, berilah apresiasi atas setiap tindakan yang dilakukan oleh peserta didik, sekalipun itu buruk, selalu berpikir positif terhadapnya dan jadikanlah mereka sebagai bagian terindah dari kisah hidupmu.
Ok,
demikianlah tiga poin besarnya. Pada intinya, saya, kamu, dan kita semua adalah
seorang pengajar, dimanapun dan sampai kapanpun. Semoga, tanggung jawab moral
ini dapat teremban secara amanah serta menjadi ladang untuk meraih banyak pahala,
aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan