, ,

AKTUALISASI KEBENCIAN WAHYU BUDIANTORO DALAM MENGHADAPI REALITAS KEHIDUPAN




MAKALAH
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Abdul Wachid B.S.,S.S.,M.Hum.


Oleh:
HERI BAYU DWI PRABOWO
NIM.1522402102



FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2016
         

PERNYATAAN  KEASLIAN



Dengan ini, saya         :
Nama                           : Heri Bayu Dwi Prabowo
NIM                            : 1522402102
Jenjang                        : S-1 (dalam proses)
Fkultas                        : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi             : Pendidikan Agama Islam

            Menyatakan bahwa naskah makalah berjudul “Aktualisasi Kebencian Wahyu Budiantoro dalam Menghadapi Realitas Kehidupan” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam makalah ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
            Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan makalah dan gelar yang saya peroleh.





       Purwokerto, 12 juni 2016
            Yang menyatakan,



Heri Bayu Dwi Prabowo
NIM.1522402102

ABSTRAK


Aktualisasi diri dalam kajian Abraham Maslow, merupakan bagian dari gerakan psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga”, disamping psiokogi Behavioristik dan Psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kedua.
Latar belakang penelitian ini adalah pada gejala yang timbul apabila seseorang telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, serta harga diri, maka kebutuhan terakhir yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini disebabkan oleh ketidakpuasan yang timbul akibat adanya perasaan berupa dorongan oleh kegelisahan akan motif kekurangan atau kehilangan (Deprivation Motivation / D-motives). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengaktualisasikan diri sebagai kebutuhaan setiap individu pada umumnya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan wahyu budiantoro sebagai objek kajian penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan : (1) kemampuan akan penerimaan terhadap diri sendiri, orang lain, dan qodrat oleh narasumber diaktualisasikan dalam sebuah karya puisi. (2) kemandirian terhadap budaya dan lingkungan merupakan jembatan dalam berkarya bagi narasumber. (3) narasumber mampu melihat realitas secara apa adanya, cermat, dan tepat, dengan tanpa tendensi apapun, ia juga mampu melakukan analisis secra kritis terhadap segala prsoalan kehidupan umat manusia.

Kata-kata kunci : psikologi humanistic, aktualisasi, motif, dokumentasi, kualitatif.



KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, اشهد ان لااله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله والصلاة والسلام علئ اشرف الئبياء والمرسلين محمد وعلئ اله واصحابه اجمعين, امابعد.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu loncatan penerapan teori maslow mengenai aktualisasi diri seorang sastrawan wahyu budiantoro. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujudkan tanpa adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerelaan hati pada kesempatan ini  penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepasda :
1.      Bapak Abdul Wachid B.S.,S.S.,M.Hum. Selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membagikan ilmunya.
2.      Wahyu budiantoro, narasumber yang telah memberikan inspisarinya.
3.      Ibu bapak dirumah yang tak ada hentinya dalam berdoa dan berharap untuk penulis agar diberi kelancaran selama berkuliah dan aktivitas keseharian lainnya.
4.      Semua pihak yang ikut berjasa dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga amal dan kebaikan mereka mendapatkan keridhloan dari Allah SWT, yang mana menjadi pertimbangan kelak di-yaumil hisab, Amin.


Purwokerto, 12 Juni 2016
Penyusun


Heri Bayu Dwi Prabowo
     NIM : 1522402102
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………….…………………...…………..................... i
PERNYATAAN KEASLIAN……….……………………................................. ii
ABSTRAK…………………………………….……………….…………….... iii
KATA PENGANTAR……………………………………….…….………..…. iv
DAFTAR ISI………………………………………….………………………... v
PENDAHULUAN………..………………….………………………………..... 1
A.    Latar Belakang Masalah…………….………………………………….. 1
B.     Rumusan Masalah………………….….………………………………... 2
C.     Tujuan dan Kegunaan………………..…………………………………. 2
D.    Metode Penelitian…………………….………………………………… 3
E.     Sistematika Pembahasan…………….………………………….………. 5
LANDASAN TEORI: PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM HAROLD MASLOW………………………………………………….………….………... 6
BIOGRAFI WAHYU BUDIANTORO TOKOH………………..…….……… 13
PAPARAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN….………………. 14
A.    Aktualisasi Potensi Nikmat……………………….….………………... 14
B.     Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam mengaktualisasikan potensi…………………………………………….….………………... 20
PENUTUP………………………………………………..…………………… 24
A.    Kesimpulan……………………………………..……………………... 24
B.     Saran………………………………………….……………………….. 25
C.     Kata Penutup……………………………………….…………………. 26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….…………………... 27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI…………….……………………... 28

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
                                                                       
Meskipun seorang individu dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, serta harga diri, Ia masih merasa gelisah dan tidak puas. Ketidakpuasan ini berasal dari dorongan dirinya yang terdalam, karena merasa ada kualitas atau potensi yang ada pada dirinya belum teraktualisasikan. Seorang memiliki potensi penyair akan diliputi perasaan tidak puas tatkala belum menuliskan atau mengumandangkan bait-bait syairnya.[1] Pada intinya seorang individu akan dituntut jujur terhadap segala potensi dan sifat yang melekat pada dirinya. Ia termotivasi untuk menjadi dirinya sendiri tanpa terpengaruh maupun tendensi apapun. Ia hanya ingin menjadi dirinya.[2]
Seorang penyair bernama wahyu budiantoro, adalah salah satu penyair hebat di perguruan tinggi Iain purwokerto dengan berlatar belakang keluarga yang sederhana. Dimana, kehidupan sehari-harinya hampir dihabiskan dalam lingkungan keluarga islami dengan bertolak dari kondisi lingkungan sosialnya, yang mana bertentangan dengan pikiran dan perasaannya.
Selama berproses dalam dunia pendidikan, tak terlepas ia terlibat dalam kejadian-kejadian dengan berbagai kondisi dan situasi. Hal tersebut dapat dimaknai dengan kondisi menyedihkan ataupun menjadi bahan pelajaran dikemudian hari yang mana tak terpikirkan sebelumnya.
Kondisi semacam itu mengharuskan ia untuk bertindak dalam menangani kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan harapannya. Berasumsi dari potensi dasar yang dimilikinya, membuat ia berpikir dengan cermat dalam mengambil langkah yang terbaik untuk proses kedepannya.

B.     Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah tindakan yang diambil wahyu budiantoro dalam mengaktualisasikan potensi dengan bercermin pada pengalaman-pengalaman masa lalunya?
2.      Faktor apa sajakah yang sangat berpengaruh dalam mengaktualisasikan potensi wahyu budiantoro dengan kesederhanaan keluarganya?

C.     Tujuan dan Kegunaan penelitian

1.      Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengungkapkan metode yang dimabil oleh Wahyu budiantoro dalam pengaktualisasian dirinya.
b.      Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengaktualisasian diri wahyu budiantoro dengan kondisi demikian.

2.      Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai berikut:
a.       Kegunaan  teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang cara dan faktor yang berpengaruh dalam pengaktualisasian potensi bagi setiap individu.
b.      Kegunaan praktis
1)      Bagi kampus dan para dosen, dapat memberikan masukan dalam upaya peningkatan mencetak para penyair hebat dari kalangan mahasiswa berpotensi.
2)      Bagi para mahasiswa, dapat meningkatkan motivasi dalam berkarya sesuai dengan metode yang diinginkan melalui para penyair hebat di kampus Iain purwokerto.
3)      Bagi peneliti sebagai calon dosen, dapat memberikan pengalaman dalam hal pengaktualisasi diri dalam setiap proses berkarya.

D.    Metode penelitian

1.      Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya dalam bentuk kata dan kalimat yang dapat memberikan makna.

2.      Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis. Penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Penelitian dalam pendekatan ini berusaha untuk masuk ke dunia konseptual pada subyek yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana pengertian dikembangkan oleh narasumber disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dari pendekatan ini adalah obyektif. Obyektif disini berarti membiarkan fakta berbicara untuk dirinya.



3.      Obyek penelitian
Dalam kaitannya pengambilan informasi dengan teori yang digunakan, obyek pembahasan ini bertuju pada satu narasumber sebagai obyek kajiannya untuk mengambil keputusan sebagaimana didasarkan pada teori yang berkaitan dengan permasalahan.

4.      Sumber data
Bertumpu pada hasil wawancara secara langsung dan sekaligus memahami berbagai karya yang telah dibuatnya dalam mengambil berbagai macam informasi berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.
5.      Metode pengumpulan data
a.       Metode observasi. Observasi bisa disebut juga pengamatan, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Adapun observasi yang dilakukan adalah observasi pasif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung.
b.      Metode wawancara atau interview. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang menjawab atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara bebas dan terpimpin, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
6.      Metode analisis data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Seperti dijelaskan diatas penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, maka analisis datanya berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses analisis mengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasil studi. Proses-proses analisis kualitatif tersebut meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (display data), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).

E.     Sistematika pembahasan

Dalam rangka untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini supaya sistematis, disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Pertama, berisi pendahuluan, adapun didalamnya meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Kedua, berisi landasan teori psikologi humanistik Abraham Harold Maslow, adapun pembahasannya mengenai aktualisasi diri tentang karakteristiknya, yakni: (a) mampu melihat realitas secara efisien, (b) penerimaan terhadap diri sendiri, orang lain dan qodrat, (c) spontanitas, kesederhanaan, alami, bersifat jujur, tidak dibuat-buat, dan terbuka, (d) terpusat pada persoalan, (e) memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian, (f) otonom. (g) apresiasi yang senantiasa segar, (h) pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”, (i) memiliki kesadaran social, (j) hubungan interpersonal, (k) struktur watak demokratis, (l) perbedaan sarana dan tujuan, baik dan buruk, (m) perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan, (n) kreatifitas, dan (o) daya tahan terhadap pengaruh kebudayaan.
Ketiga, berisi biografi tokoh, meliputi riwayat pendidikan, keikutsertaan dalam organisasi, pemuatan beberapa karyanya, serta kontak e-mail dan facebook.
Keempat, paparan dan pembahasan hasil penelitian, adapun didalamnya membahas tentang:  (A) aktualisasi nikmat potensi meliputi tindakan-tindakan (1) mengeksplorasi bakat, (2) menemukan kecerdasan dominan, (3) meningkatkan keahlian, (4) melatih kemampuan dalam mengnubah tekanan menjadi tantangan, dan (5) mendninamiskan batin. (B) faktor–faktor yang berpengaruh dalam mengaktualisasikan potensi meliputi (1) faktor keluarga, (2) faktor pendidikan, dan faktor keadaan alam sekitar.
Kelima, penutup, berisi mengenai kesimpulan dan saran–saran hasil penelitian yang merupakan jawaban dari masalah yang diajukan, serta penutup.


PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM HAROLD MASLOW


Gerakan psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Para tokohnya berpendapat bahwa psikologi terutama psikoogi behavioristik mendehumanisasi manusia. Sekalipun psikologi behavioristik menunjukan keberhasilannya yang cukup spektakuler dalam bidang-bidang tertentu, namun sebenarnya gagal untuk memberikan sumbanngan dalam pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya.[3]
Dalam kondisi yang kurang bersahabat dan keluarga yang miskin. Maslow menghadapi kesepian yang amat mendalam, untuk mengatasi kesepian itu, dia selalu mengisinya dengan membaca buku. Begitu remaja, Maslow mulai mengagumi karya-karya para filosof seperti Alferd Nort, Whitchead, Henri Bergson, Tomas Jeffers, Abraham Lincon, Plato, dan Spinoza.[4]
Abraham Harold Maslow mendasarkan teorinya berdasarkan pada asumsi dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik berupa kebaikan. Dari sinilah manusia memiliki peluang untuk dapat mengembangkan dirinya. Perkembangan yang baik sangat ditentukan oleh kemampuan manusia untuk mencapai tingkat aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi dalam teori Maslow.[5]
Dijelaskan lebih lanjut oleh Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, bahwa kebutuhan manusia didorong oleh dua bentuk motivasi, yakni motivasi kekurangan dan motivasi pertumbuhan. Aktualisasi diri didorong oleh motif perkembangan yang diistilahkan dengan metamotivation atau B-values.[6]
Meskipun manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang secara sehat, namun tidak semuanya dapat mencapai tingkat aktualisasi diri, bahkan hanya sedikit orang yang dapat mencapainya. Dalam proses pertumbuhannya manusia dihadapkan pada dua pilihan bebas yakni, pilihan untuk maju atau mundur, yang akan mengarahkan manusia menuju kemajuan maupun kemunduran. Pilihan-pilihan diatas adalah merupakan ukuran yang akan menentukan arah perjalanan manusia, mendekat atau menjauh dari aktualisasi diri.[7]
Maslow berpendapat bahwa untuk menuju pada aktualisasi diri dibutuhkan lingkungan yang baik. Dalam diri manusia ada keraguan atau ketekutan pada pengembangan potensi pribadi atau kreativitas.
Karakteristik aktualisasi diri, meliputi:

A.    Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Salah satu kapasitas yang dimiliki orang yang telah mengaktualisasikan diri adalah kemampuannnya melihat realitas secara apa adanya, cermat dan tepat, dengan tanpa tendensi apapun, ia juga akan mampu melakukan analisis secara kritis terhadap segala persoalan kehidupan umat manusia, seperti seni, musik, ilmu pengetahuan, politik, filsafat, dan sebagainya. Bahakan lebih dari itu juga mampu meramalkan kejadaian-kejadian yang akan datang dengan tepat.

B.     Penerimaan terhadap diri sendiri, orang lain dan qodrat
Ciri lain dari orang yang mengaktualissasikan diri sifatnya yang menerima segala apa yang ada pada dirinya dan juga orang lain apa adanya. Juga dapat melihat sifat-sifat manusiawi, seperti kebaikan, kejahatan, sebagaimana adanya, bukan seperti apa yang mereka harapkan.[8]
C.     Spontaitas, kesederhanaan, alami, bersifat jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka
Mereka tidak harus menyembunyikan emosi-emosi mereka tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut secra jujur. Dalam istilah yang sederhana, kita dapat berkata, orang-orang ini bertingkah laku secara qodrati, yaitu sesuai dengan qodrat mereka.[9]

D.    Terpusat pada persoalan
Orang yang mengaktualisasikan diri tidak lagi berfikir pada apa yang terbaik bagi dirinya, namun apa yang dibutuhkan pada manusia pada umumnya atau pada suatu bangsa pada khususnya.

E.     Memisahkan diri : kebutuhan akan kesendirian
Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung memisahkan diri, menyukai kesendirian dan kesunyian diluar rata-rata orang, hal ini terjadi karena mereka cenderung bertahan pada presepsinnya mengenai situasi tertentu. Ia tidak bergantung atau terpengaruh oleh pikiran orang lain.

F.      Otonom
Yaitu kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan. Kemandirian juga berarti ketahanannya teradap segala persoalan yang menggoncang, tanpa perasaan frustasi apalgi bunuh diri.[10]

G.    Apresiasi yang senantiasa segar
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringya pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Mereka tidak puas dan bosan oleh pengalaman-pengalaman hidup.[11]

H.    Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
Ada kesempatan-kesempatan dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.[12]

I.        Memiliki kesadaraan sosial
Kesadaran sosial ini oleh Alfred Adler diistilahkan dengan gemeinschaftsgefuh (rasa bermasyarakat). Sebagaimana manusia ia merasakan identifikasi diri, simpati, dan kasih sayang yang mendalam meskipun kadang-kadang merasa terganggu dengan kebiasaan, adat istiadat atau pemahaman masyarakat yang bertentangan dengan prinsip yang diyakininya.

J.       Hubungan interpersonal
Kecenderungan untuk melakukan hubungan yang erat dengan orang lain adalah ciri lain dari orang yang mengaktualisasikan diri. Meskipun karena karakter dan sikapnya yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dengan kebanyakan orang. Maka ia sulit untuk mendapatkan banyak sahabat karib. Ia hanya dapat melakukan hubungan akrab dengan orang-orang yang memiliki karakter yang sama atau mirip dengannya. Meskipun kesadaran kesetiakawaan jauh melampaui orang-orang pada umumnya.



K.    Struktur watak demokratis
Sifatnya yang demokratis ditunjukan dengan penerimaannya terhadap semua golongan, ras, agama, dan juga status sosial. Ia tidak membedakan antara yang kaya dan yang miskin, yang pandai dengan yang bodoh, yang normal dengan yang tidak normal, semua sejajar diahadapannya. Oleh karenanya ia tidak akan merasa risih untuk berhubungan dengan orang yang berbeda golongan maupun status social

L.     Perbedaan sarana dan tujuan, baik dan buruk
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka tujuan dan cita-cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya. Orang yang sehat sepenuhnnya senang “melakukan” atau “menghasilkan” sebanyak atau lebih banyak daripada mendapat atau mencapai tujuan. Selain itu juga pengaktualisasian diri juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.

M.   Perasaan humor yang tidak mennimbulkan permusuhan
Ada tiga macam humor yang pertama humor permusuhan yang menyebabkan seorang merasa sakit, yang kedua humor suporitas yang mengambil keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok, dan yang ketiga humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan situasi Oedipus atau percakapan cabul.

N.    Kreatifitas
Maslow menyamakan kreatifitas ini dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka dan langsung melihat kepada hal-hal. Kreatifitas merupakan sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologi dan lebih mengenai cara kita mengamati dan berkreasi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.

O.    Daya tahan terhdap pengaruh kebudayaan.
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruuh-pengaruh sosial, untuk berfikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukna oleh orang lain.



BIOGRAFI WAHYU BUDIANTORO

Wahyu budiantoro lahir di Banyumas, 10 April. Dia menyelesaikan studi Strata 1 (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbinagan Konseling, Program Sudi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Purwokerto dengan predikat Cumlaude. Semasa kuliah, dia aktif dalam beberapa kegiatan, yaitu komunitas radio star fm iain purwkerto, komunitas jurnalistik, dan komunitas cinta sastra (KCS). Selain itu, diluar kampus, dia juga mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya adalah komunitas diaspora internasional yang dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC), ketua lingkar 21 purwokerto bekerjasama dengan Universitas Siswa Bangsa Internasional, serta menjadi salah satu dari 150 mahasiswa se-Indonesia yang terpilih dalam kegiatan National Future Educator Conference (NFEC), Jakarta. Beberapa tulisannya pernah dipublikasikan dalam antologi Pilarisme (An-Najah Press, 2012), pilar puisi (Stain Press, 2013), Creative Writing (Stain Press, 2013), kampus hijau (Stain Press, 2015), Revitalisasi Mahasiswa di Era Global (Obsesi Press, 2015). Tempat tinggalnya di Jln. Dr. Agka, Gg.III, No.36, Rt 02 Rw VII, Sokanegara, Purwokerto timur, Jawa tengah, 53115.



PAPARAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


A.    Aktualisasi nikmat potensi

Potensi adalah nikmat. Dengan potensi yang kita miliki, berarti kita sudah diberikan alat untuk mencapai prestasi yang kita inginkan. Persoalannya, memang potensi itu tidak langsung berubah menjadi nikmat (hasil) dengan sendirinya. Agar potensi itu berubah menjadi prestasi diperlukan aktualisasi.
Aktualisasi itulah yang disebut syukur. Syukur adalah menggunakan sumberdaya (potensi) yang sudah kita miliki atau yang sudah ada untuk mencapai prestasi dengan cara-cara yang tidak melanggar. Kalau melihat definisi kecerdasan milik Howard Gardner, syukur termasuk tanda-tanda kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memproduksi solusi yang tidak melanggar nilai-nilai kebenaran.[13]
Wahyu budiantoro, semasa kecilnya di kenal sebagai anak yang “nakal”, ia sering membuat onar[14] dengan berbagi macam tingkahlakunya. sebagai contohnya, semasa pendidikan Tk, ia pernah melukai temannya ketika berada di ayunan dengan menariknya sampai terjatuh, begitu pula sewaktu berada ditingkat sekolah dasar, ketika temannya berlari menuju ke dalam kelas, pada saat itu wahyu menutup pintu dengan keras sehingga temannya berdarah terkena benturan pintu, hal ini menjadikan ia diberi peringatan dari pihak sekolah dan bahkan sempat di ancam bahawa ia tidak akan dinaikkan apabila kenakalannya tidak berubah. Akan tetapi, setiap penerimaan raport hasil pembelajaran siswa, wahyu budiantoro selalu berada pada tingkat 5 besar dan hal ini menjadi pertimbangan bagi pihak sekolah dalam menunda pembelajarannya dikelas yang sama.
Memasuki masa SMP, ia mulai tersadarkan akan keberadaannya sebagai seorang murid yang haus akan ilmu dan makhluk sosial yang memiliki adat istiadat dilingkungannya, hal ini menjadikan ia mendapat gelar sebagai siswa teladan di sekolahnya. Tak lepas dari itu, ia menyukai  mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada pembahasan mengenai majas, dengan modal suka ia mendapatkan nilai UN Bahasa Indonesia tertinggi se-smk di Kabupaten Banyumas dengan perolehan nilai 9,8.
Berangkat dari kesukaannya terhadap mata perlajaran Bahasa Indonesia pada aspek majas, beliau bertemu dengan dosen bernama Abdul Wachid B.S sewaktu duduk di bangku kuliah semester 2, dimana ia mendapat tugas untuk menulis puisi yang mana karyanya akan dipublikasikan apabila menarik dan bagus dari penilaian sang dosen.
Wahyu budiantoro melihat teman satu organisasinya didalam STAIN Press, yang mana setiap karya dari mereka termuat semua tanpa terkecuali. Menjadikan beliau semanagt dalam membuat puisi dan pada akhirnya mengasikan 20 karya menajubkan. Dari puisinya yang disuniting terlebih dahulu oleh dosennya, termuat dalam antologi puisi (stain press), hal ini menjadikan sebuah kebanggan bagi setiap individu apabila karya yang ia ciptakan mendapat apresiasi dari orang lain.
Namun, setelah berlalu dari mata kuliah Bahasa Indonesia, ia sempat berhenti berkarya dalam menulis puisi yang pada akhirnya beliau bangkit lagi dalam berkarya tatkala pengerjaan skripsi mulai ia lakukan dengan dorongan Abdul Wachid B.S agar berkarya kembali. dan apabila bagus akan dipublikasikan.
Dari pengalaman tersebut, tindakan dalam mengaktualisasikan sejumlah potensi yang dijadikan alat[15] untuk meraih prestasi dengan bercermin pada pengalaman masa lalu yakni:

1.      Mengeksplorasi bakat. Bakat adalah kelebihan-kelebihan alamiah yang kita miliki dari sejak lahir. Semua orang diberi kelebihan tertentu oleh Tuhan. Kemudian apakah bakat itu menjadi kelebihan atau tidak, ini urusan aktualisasi atau syukur. Dalam memaksimalkan bakat yang ada pada dirinya, wahyu budiantoro menuliskan keinginan-keinginannya yang berjumlah 50 harapan pada kertas dengan ditempel didinding kamarnya, hingga saat ini baru 10 harapan yang terwujudkan, diantaranya adalah harapan bertemu dengan presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan betemu dengan sosok Bj.Habibi dalam sebuah forum yang mana wahyu budisntoro ikut terlibat di dalamnya. Kemudian kecintaannya kepada pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada aspek majas menjadikan beliau menulis beberapa karya puisi yang mana mendapatkan tanggapan serius dari dosennya sewaktu semester dua diperguruan tinggi Iain Purwokerto.
Aku menepikan dunia
Mengalirkan air kesucian
Membasahi hati[16]
Adalah salah satu karya yang termuat dalam pilar puisi dengan pemakaian majas yang begitu tinggi.

2.      Menemukan kecerdasan dominan yang dimilikinya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sudah semakin banyak istilah ilmiah yang bisa kita jadikan rujukan untuk mengungkap potensi yang kita miliki. Salah satunya adalah temuan para ahli di bidang kecerdasan. Tapi inipun perlu dicatat bahwa kecerdasan yang kita miliki tidak otomatis membuat kita menjadi orang cerdas. Cerdas dan tidak cerdasnya kita bukan tergantung kecerdasan yang kita miliki. Cerdas dan tidak cerdasnnya kita tergantung pada tingkatan kesyukuran dan tingkat kekufuran. Dengan modal corat-coret yang wahyu budiantoro tekuni, menjadikan ia senantiasa berekspresi dalam melihat fenomena-fenomena yang ia sendiri alami maupun fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya seperti dalam aspek ekonomi, politik, sosial, maupun keagamaan. Dari tindakannya itu menghasilkan karya yang berjudul “Cahaya Lailatul Qodar”, yang mana karya ini tercipta ketika beliau merenungi arti kehidupan yang sebenarnya di dalam bulan suci Ramadhan.
Bibir yang basah dengan tasbih
Hati yang khusyuk dengan
Kharakat-kharakat cinta
Dari Tuhannya
Akan menjadi tempat
Bagi cahaya
Lailatul Qadar[17]
Beberapa malam dibulan ramadhan ketika ia merenungi akan arti kehidupan yang sesungguhnya. Dari puisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan aktualisasi keagamaan dimunculkan dengan cara ber-I’tikaf[18] disepuluh malam terakhir bulan ramadhan.

3.      Meningkatkan keahlian. Keahlian adalah kemampuan kita dalam menangani suatu urusan. Keahlian ini ada tingkatannya. Tingkatan keahlian yang kita miliki akan menentukan hasil yang kita dapatkan. Artinya, jika kita berkeinginan meningkatkan hasil, maka yang perlu kita tingkatkan adalah keahlian. Bagaimana caranya? untuk menjadi orang yang ahli tidak ditemukan di toko yang menjualnya. Keahlian hanya bisa didapatkan dengan pengasahan. Disinilah syukur dan kufur memegang peranan penentu. Ketika selesai sekolah SMK, wahyu budiantoro sempat berhenti sekolah untuk melanjutkan studinya. Hari-harinya diisi dengan bekerja disalah satu totko metro yang berada dikompleks pasar kebon dalem, purwokerto. Yang mana pekerjaan tersebut membuatnya berfikir bahwa hal yang harus ia lakukan untuk masa depannya bukanlah bekerja ditempat ini, melainkan menuntut ilmu yang setinggi-tingginya. Setelah keluar dari pekerjaan tokonya itu, secara sembunyi-sembunyi ia mendaftarkan diri diperguruan tinggi Sekolah Tinggi Agama Islam Purwokerto dengan modal 400.000,00. Setelah menerima pengumuman bahwa ia diterima, barulah ia merasa kebingungan untuk membayar uang masuk sebesar 1.600.000 yang ia bayangkan dengan nominal 16 milyar baginya, dengan modal nekat[19] mencari uang dan pada akhirnya mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungannya dalam memberikan bantuan uang untuk melanjutkan sekolah. Maka ia pun sampai sekarang sudah memperoleh gelar strata 1 (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbinagan Konseling, Program Sudi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Purwokerto dengan predikat Cumlaude, dan sekarang sedang berproses melanjutkan S2-nya.

4.      Melatih kemampuan dalam mengubah tekanan menjadi tantangan. Ini terkait dengan potensi diatas. Kenapa?, tentu saja, Untuk mengembangkan bakat, kecerdasan dan keahlian tidak cukup dengan menjalankan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Dalam prakteknya pasti ada masalah, hambatan atau kesulitan yang tidak kita inginkan. Supaya langkah kita lancar, tidak berarti kita harus lari dari masalah atau pasrah pada hambatan. Ini malah membuat kita kufur. Langkah kita akan lancar apabila kita selalu melatih kemampuan dalam melihat tekanan itu sebagai tantangan. Untuk bisa melatih kemampuan itu dibutuhkan jiwa-jiwa yang syukur. Sebelum wahyu budiantoro berkeinginan menjadi seorang dosen, ia sempat bercita-cita menjadi seorang masinis, dengan mengikuti berbagai tes masuk menjadi masinis, tahapan demi tahapan dapat dijalaninya dan sampai pada tes kesehatan beliau gagal melewatinya, dengan keadaan yang demikian membuat ia sempat putus dan berpikir bahwa lebih baik ia mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, beliau tersadarkan dengan kondisi keluarga yang bercirikan kesederhanaan, ia tidak ingin biasa-biasa saja dan bertekad untuk memutuskan status keluarganya dengan melanjutkan sekolah dan bercita-cita menjadi seorang dosen untuk masa depannya.
Dari kepala hingga ujung kakinya, tergambarkan harapan
dan masa depan. Belajar, bekerja, mencari wanita idaman,
bercinta, dan berkeluarga sudah menjadi kodratnya. Berkah
menjadi impiannya. Membahagiakan orang tua menjadi
kewajiabnnya.[20]
Adalah harapan yang tertuang dalam karya berjudul “Skenario Tuhan”. dimana manusia dewasa adalah mereka yang dapat mengaktualisasikan keinginannya dengan cara kerja keras tak kenal lelah.

5.      Mendinamiskan batin. Batin yang statis akan mirip seperti air yang tidak mengalir. Biasanya, air yang tidak mengalir lama kelamaan akan menimbulkan bau tak sedap, mudah dihuni binatang yang menimbulkan penyakit dan berubah sifatnya. Begitu juga dengan batin kita. Batin ynag tidak dinamis akan mudah terjangkiti virus kufur. Jika ini dibiarkan, maka nikmat Tuhan yang banyak itu tak sanggup memberikan alasan buat kita untuk bersyukur. Hati kita akan tetap bergejolak atau malah mati (dead heart). Dengan status keluarga yang agamis, wahyu budiantoro banyak belajar mengenai sendi-sendi kehidupan Islam dari ibunya, yang mana dalam menjalani kehidupan terdapat berbagai macam peraturan ketat yang harus dijalankan. Sebagai contohya adalah beberapa nasihat ibunya mengenai kedisiplinan dalam menjalankan shalat harus dijalankan, ketika hal itu tidak dilaksanakan maka yang terjadi adalah kemarahan sang ibu dengan ditunjukkan sikap mendiaminya dan tidak mengasihkan uang jajannya selama beberapa hari. Nasihat lainnya bahwa ia harus menjadi seseorang yang peka terhadap lingkungan sekitarnya sebagaimana ketika ada orang meninggal maka ia harus ta’ziah[21] sekalipun rumah antara ia dan orang yang meninggal jaraknya amat jauh, dan harus tetap menjaga nama baik keluarganya ketika berada diluar rumah dengan menunjukkan sikap sebagai orang yang sopan dan rendah hati, tidak suka kemewahan dan hidup berlebihan (mubadzir).

B.     Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam mengaktualisasikan potensi

Banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan (Maslow dalam Koeswara, 1986: 118)
Bercermin keluarga sederhana, bukan berarti tak dapat mewujudkan harapan yang terlukiskan dalam dunia mimpi wahyu budiantoro. Hanya waktu yang dapat berbicara akan fakta bagi setiap pejuang dalam mengarungi kehidupan. Oleh karena semangat pantang menyerah yang membara. Terdapat faktor yang berperan didalamnya, yaitu:


1.      Faktor keluarga.
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohani anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Sosok ibu dalam keluarga wahyu budiantoro bagaikan sanga surya yang terbit dari arah timur. Dimana, menerangi permukaan bumi secara menyeluruh dan memberikan kesan indah disepanjang hari. Dengan kondisi keluarga yang bercirikan agamis, membuat ia senantiasa didekatkan pada niai-nilai keagamaan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya. Dari keluargalah ia dapat mengetahui akan arti kehidupan yang sesungguhnya.
Karya puisi berjudul “Taubat” yang termuat dalam pilar puisi merupakan cerminan akan karakternya yang bersifat kedalam nilai-nilai agama sebagaimana peran pengaruh keluarga didalamnya.

2.      Faktor pendidikan
Ki Hajar Dewantara tokoh pendidika nasional, merumuuskan hakikat pendidikan sebagai usaha orang tua bagi anak-anak dengan maksud untuk menyokong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan rohani dan jasmani yang ada pada anak-anak.[22]
Pendidikan yang ditempuh oleh wahyu budiantoro baik formal maupun non-formal merupakan modal berharga dalam berkarya dikemudian harinya. Didikan keluarga yang Islami menjadikan ia sebagai seseorang yang tahu diri akan keberadaannya di dunia ini. Lain halnya dengan pendidikan formal atau penidikan pemerintah yang mana memberikan dampak tertentu dalam kehidupannya. Pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kecerdasan otak membuatnya kurang bergairah dalam mendalaminya. Hingga puncaknya, ketika ia mengenal lawan jenisnya yang mana membuat sedikit frustasi akibat ditinggalkan oleh sang kekasih. Ini merupakan dampak pendidikan formal yang menjadi inspirasi wahyu budiantoro dalam menuliskan puisi bejudul “Malam yang Menjadi Perpisahan antara Kau-Aku dan Puisi”.
Kau kembalikan “mahar” dengan penuh keyakinan bahwa bulan
akan kembali tersenyum oleh lelaki narumu.
Akan aku nikmati malam, walaupun senthir yang aku nyalakan
tadi sudah mulai redup
Pena kembali menjadi sahabat sejati. Merangkai lagi kata yang
kelak akan menjadi puisi. Puisi yang terbaca oleh jiwa-jiwa sorga,[23]
Adalah puisi yang tercipta seketika ia ditinggalkan oleh sang kekasih pada malam hari didepan rumahnya sendiri. Puisi ini menggambarkan nilai tersirat bahwa dampak dari pendidikan yang berkaitan dengan masa sekarang adalah kenakalan remaja sebagai hasilnya adalah berhubungan dengan lawan jenis tanpa adanya ikatan yang sah.

3.      Faktor keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal seseorang tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan sekitar adalah lokasi tempat seseorang bertempat tinggal, di desa atau kota, tepi pantai atau pegunugan, desa terpencil atau dekat ke kota. Sebagai contoh anak desa lebih suka terhadap keadaan alam yang tenang atau agak sepi, sedangkan anak kota menginginkan keadaan yang ramai. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan kejiwaan seseorang.[24]
Bertempat tinggal didaerah yang dekat dengan pusat kota, membuat wahyu budiantoro berkecambuk melihat kehidupan orang-orang tingkat menengah keatas dan kehidupan poltik para pejabat. Kehidupan orang-orang yang serba glamour itu tak menjadikan ia iri dengan keadaannya, justru dengan hal tersebut membangun semangatnya untuk menjadi seseorang yang berhasil dari usahanya tanpa tendensi kemewahan. Kesederhanaan merupakan prinsip yang dipegang penuh selama menjalani kehidupannya. Dari kondisi lingkungan demikian, memjadikan ia dapat berkarya dalam beberapa puisinya yang berkaitan dengan dunia politik.


PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah penyusun mengadakan penelitian tentang “Aktualisasi Kebencian Wahyu Budiantoro dalam Menghadapi Realitas Kehidupan” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Aktualisasi potensi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling tinggi. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan dari individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya.[25] Kemudian tindakan yang diambil dalam mengaktualisasikan potensi dengan bercermin pada pengalaman-pengalaman masa lalu yakni:
a.       Mengeksplorasikan bakat. Bakat adalah kelebihan-kelebihan alamiah yang kita miliki dari sejak lahir.
b.      Menemukan kecerdasan dominan yang kita miliki. Dalam ilmu psikologi perkembangan terdapat definisi multiple intellegence. Hal ini berarti setiap individu mempunyai potensi tersendiri yang membedakannya dengan orang lalin.
c.       Meningkatkan keahlian. Keahlian adalah kemampuan kita dalam menangani suatu urusan. Keahlian ini ada tingkatannya. Tingkatan keahlian yang kita miliki akan menentukan hasil yang kita dapatkan. Artinya, jika kita berkeinginan meningkatkakn hasil, maka yang perlu kita tingkatkan adalah keahlian.
d.      Melatiih kemampuan dalam mengubah tekanan menjadi tantangan. Untuk mengembangkan bakat, kecerdasan dan keahlian tidak cukup dengan menjalankan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Dalam prakteknya pasti ada masalah, hambatan atau kesulitan yang tidak kita inginkan.
e.       Mendinamiskan batin. Batin yang statis akan mirip seperti air yang tidak mengalir yang lama kelamaan akanmenimbulkan bau tidak seda, mudah dihuni binatang yang menimbulkan penyakit dan berubah sifatnya.
2.      Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pengaktualisasian potensi wahyu budiantoro adalah:
a.       Faktor keluarga yang begitu dominan dengan peran ibu sebagai sosok yang agamis membuat ia menjadi sosok yang berpendiriran pada sendi-sendi kehidupan Islami.
b.      Faktor pendidikan. Melalui pendidikan yang ditempuhnya, menjadikan ia berpengalaman dalam menghadapi setiap fenomena atau gejala-gejala yang timbul disetiap lini kehidupannya dengan meresponnya secara positif.
c.       Faktor keadaan alam sekitar. Alam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupam manusia. Begitu pula wahyu budiantoro dengan daerah dekat kota membuatnya tahan akan kerasnya dalam menjalani kehidupan.
B.     Saran

Dari hasil penelitian, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, antara lain:
1.      Setiap manusia mempunyai potensi atau bakat yang sering disebut sebagai multiple intelligence. Sehingga, bagi penulis dan pembaca sekalian harus teliti dalam memahami potensi yang ada demi aktualisasi diri secara maksimal sesuai dengan harapan.
2.      “Jika seseorang memiliki bakat tetapi tidak digunakan maka ia telah gagal. Jika ia baru menggunakan setengahnya maka iapun gagal setengah. Jika seseorang memiliki bakat dan belajar dengan cara apapun bagaimana menggunakannya maka akan mencapai prestasi” (Thomas Wolfe).[26]

C.     Kata Penutup

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena pertolongan-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aktualisasi Kebencian Wahyu Budiantoro dalam Menghadapi Realitas Kehidupan”.
Peneliti menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dengan keterbatasan yang dimiliki peneliti. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Harapan peneliti semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang aktualisasi potensi diri, Amin Ya Rabbal Alamin.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Asdi
         Mahasatya

Budiantoro, Wahyu & Mardianto, wiwit. 2016. Aplikasi Teori
         Psikologi Sastra. Purwokerto : Kaldera.

Darmaningtyas. 1999. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis.
         Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga. Yogyakarta : Andi.

Maslow, Abraham. 1970. Motivation and Personality, Third edition.
         America : Longman.

Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog antara Tasawuf dan Psikologi.
         Yogyakarta : Kerjasama Walisongo press dengan pustaka
         pelajar.

Schultz, Duane. 1991. Growth Psychology: Models of The Healthy
         Personality, terj. Yustinus, Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:
         Kanisius.

Ubaedy, A.N. 2010. Jangan Cuma Berserah Diri. Yogyakarta :
         Sakanta Publisher.

Wachid, B.S., Abdul, dkk. 2013. Pilar Puisi. Purwokerto : STAIN Press

_____________________. 2015. Antologi Puisi Kampus Hijau.
         Purwokerto : STAIN Press.

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.




DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI


A.    Identitas Diri
1.      Nama Lengkap                              : Heri Bayu Dwi Prabowo
2.      NIM                                              : 1522402102
3.      Tempat/Tgl. Lahir                         : Banyumas, 24 Juli 1997
4.      Alamat Rumah                              : Kedunggede Rt 01 Rw 01, Lumbir,
  Banyumas, Jateng, Indonesia.
5.      Nama Ayah                                   : Sumaryo
6.      Nama Ibu                                      : Raisah
7.      Nama Saudara                               : Eko Rudiyanto

B.     Riwayat Pendidikan
a.       SD/Mi, tahun lulus                  : SD N 2 Kedunggede,           2009
b.      SMP/MTs, tahun lulus            : SMP N 1 Lumbir,                 2012
c.       SMA/MA, tahun lulus             : SMA N Wangon,                  2015
d.      S1, tahun masuk                      : IAIN Purwokekrkto,             2015

C.     Pestasi Akademik / Non-Akademik
1.      Juara 2 Catur (POPDA) tingkat SD se-Kecamatan Lumbir tahun 2006
2.      Peringkat 10 besar Pramuka tahun 2008
3.      Juara 1 Catur (O2SN) tingkat SMP se-Kabupaten Banyumas tahun 2010
4.      Penghargaan 10 besar Catur (O2SN) tingkat SMP se-jawa tengah tahun 2010
5.      Juara 1 Catur tingkat SMP (O2SN) se-Kabupaten Banyumas tahun 2011
6.      Juara 2 Pencak Silat kelas A-Putra tingkat SMA (POPDA) se-Kabupaten Banyumas tahun 2014
7.      Juara 3 Pencak Silat tingkat Kolat (Merpati Putih) se-Banyumas tahun 2014
8.      Juara 1 Catur tingkat IAIN Purwokerto (PORMABA) tahun 2015
9.      Harapan 1 Catur tingkat Mahasiswa se-Barlingmascakeb tahun 2015
10.  Juara 3 Catur tingkat Mahasiswa IAIN Purwokerto (Dies-Natalis UKM Olah Raga) tahun 2015

D.    Pengalaman Organisasi
1.      Ketua Pencak Silat Kolat (Kelompok Latihan) SMA N Wangon tahun 2014
2.      UKM Olah Raga IAIN Purowkerto
3.      IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH Koordinator Komisariat Ahmad Dahlan IAIN Purwokerto.
4.      Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu pendidikan seluruh Indonesia










Purwokerto, 12 Juni 2015




Heri Bayu Dwi Prabowo
NIM.1522402102


[1] Muhammad Hasyim, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Kejasama Walisongo Press dengan Pustaka Pelajar, 2002), hlm.78
[2] Ibid., hlm.79
[3] Bimo Wagito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 63
[4] Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, (Yogyakarta : Kamsius, 1987), hlm.28
[5] Ibid., hlm.80
[6] Ibid., hlm.82
[7] Ibid., hlm 85
[8] Ibid., hlm. 87-88
[9] Wahyu Budiantoro dan Wiwit Mardianto, Aplikasi Teori Psikologi Sastra, (Purwokerto: kaldera, 2016), hlm. 57
[10] Ibid., hlm. 90-91
[11] Ibid., hlm. 58-59
[12] Ibid. hlm.59
[13] AN.Ubaedy, Jangan Cuma Berserah Diri, (Yogyakarta : Sakanta Publisher, 2010), hlm.13
[14] Onar adalah satu tindakan dalam membuat suatu keributan ditempat umum
[15] Ibid., hlm.13-15
[16] Abdul Wachid B.S, dkk., Pilar Puisi, (Purwokerto : STAIN Press, 2013), hlm.332
[17] Ibid., hlm.328
[18] I’tikaf adalah ibadah ummat islam dengan berdiam diri di masjid selama 10 hari terakhir dibulan ramadhan
[19] Nekat adalah mengambil suatu tindakan dengan resiko yang tinggi tanpa berpikir panjang terlebih dahulu
[20] Ibid., hlm.331
[21] Ta’ziah dalam Bahasa arab yang mempunyai arti mengunjungi orang meningga dalam hal turut berduka cita akan kematiannya
[22] Darmaningtyas, Pendidikan Pada dan Setelah Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.38
[23] Ibid., hlm. 503-504
[24] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2005), hlm.47
[25] Duane Schultz,. Growth Psychology: Models of The Healthy Personality, terj. Yustinus,
Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 93.
[26] Ibid., hlm.23

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan